Minggu, 08 Agustus 2010

HYPNOSIS: TAK KENAL MAKA TAK SAYANG

Belakangan ini kalo diajak bicara atau mendengar orang bicara tentang hipnotis, yang terlintas di benak saya nama Uya Kuya. Harap maklum, sebagai seorang penyanyi dan presenter yang karirnya sempat redup, namun tiba-tiba muncul kembali di layar kaca dengan brand baru, yakni seorang penghipnotis ulung!

Mungkin berlebihan atau memang saya berlebihan berpendapat seperti itu ya? Berpendapat soal Uya dengan brand baru, yang mampu menghipnotis orang, sehingga orang bisa menurut perintah pria ini. Namun yang pasti, teman saya Uya Kuya ini belakangan memang telah mempopolerkan hipnotis sebagai sebuah ilmu yang bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Kok seperti tagline minuman soda ya?

Saat sedang bersantai di ruang tengah, saya menyaksikan program televisi, dimana program tersebut sedang menampilkan kepiawain Uya menghiptonis seorang pria muda pengunjung mall. Sebelum pria tersebut terhipnotis, Uya sempat membakar sebuah tissue. Sambil menghitung beberapa detik, pria yang baru ditemui di mall tersebut langsung tertidur dan mengikuti apa saja kata-kata dan perintah Uya. Hebatnya lagi, Uya bisa membongkar berbagai rahasia pria ini di tempat umum, dimana pada saat membongkar rahasisa ada banyak penonton.


Saya sedang mengajarkan hypnosis pada para orangtua yang anak mereka yang mengikuti Danone Presenter Kids beberapa waktu lalu.

Tidak jarang banyak orang tertawa terpingkal-pingkal, saat pria tersebut membuka rahasianya yang dianggap konyol oleh pengunjung. Uya tak peduli rahasia-rahasia diri si pria dibongkar di depan umum. Padahal orang awam pasti merasa pria itu benar-benar sedang ’ditelanjangi’.

Setelah beberapa rahasia sudah dibeberkan dan memancing gelak tawa penonton, Uya pun mengakhiri hipnotisnya pada si pria tersebut. Ketika dibangunkan dari pengaruh hipnotis, pria itu tampak seperti orang bingung. Ia seolah tidak ingat apa yang sudah dikatakannya. Pria itu baru merasa malu dan tertawa saat Uya memperlihatkan hasil rekaman saat pria tersebut terhipnotis.

”Mengagumkan!”
”Mengagumkan?”
”Mengagumkan sih, tetapi....”

Begitulah pikir saya. Awalnya tanda seru, kemudian tanya tanya, tetapi kemudian menjadi ragu-ragu. Kenapa ragu? Sebab, timbul pertanyaan. Apa iya, hipnotis itu bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja?

Menarik juga ya? Kalo siapa saja bisa menjadi seorang hypnotist (sebutan untuk orang yang bisa melakukan hipnotis atau hypnosis), pasti banyak orang yang juga bisa belajar menjadi hypnotist untuk berbagai tujuan. Ya, seperti Uya Kuya itu. Saya membayangkan, andai saja tiap hakim adalah juga seorang hypnotist, ia pasti mampu menghipnotis koruptor yang sedang diadili. Gara-gara hipnotis itu sang koruptor bisa mengakui perbuatannya.




Wah, serem juga ya kalau banyak orang bisa hipnotis? Serem juga kalo bisa memanfaatkan ilmunya itu untuk kepentingan yang tidak semestinya. Saya membayangkan, betapa malu saya saat berjalan di mall tiba-tiba ada orang datang dan langsung mengatakan: ”Perhatikan tisu ini baik-baik ya, mbak!”

Mirip dengan apa yang Uya lakukan pada pria yang baru dikenal di mall itu.

”Setelah melihat saya membakar tissu ini, maka mbak akan tidur dengan sangat lelap”.

Begitu saya terlelap, saya kemudian membeberkan rahasia hidup di depan orang banyak. Kisah hidup saya itu menjadi bahan tertawaan orang-orang itu. Namun semua di luar kontrol saya, karena saya sudah terhipnotis. Benarkah demikian?

Apakah orang yang terhipnotis menjadi kehilangan kesadaran (unconsious), sehingga tidak punya kemampuan untuk mengatakan tidak? Apakah itu juga berarti kita tidak mempunyai lagi total kontrol terhadap pikiran, perasaan dan tubuh kita? Kalo jawabannya kita tidak bisa mengontrol, berarti kita gampang dijadikan obyek kepentingan orang lain alias ’dikerjain’. Ya, seperti Uya lakukan di program televisi itu.

Saya sempat dinasehati untuk tidak menatap mata orang asing, terutama laki-laki. Kata orang yang menasehati saya, nanti kalo saya menatap mata orang asing itu bisa kena hipnotis. Sebab, kebanyakan orang yang pandai hipnotis adalah laki-laki. Apakah benar begitu?

Beberapa pertanyaan tentang hipnotis, muncul lagi di benak saya. Apakah hanya orang-orang yang lemah kemampuan otaknya (weak mindedness) yang mudah terhipnotis? Lalu bagaimana jika seorang tidak bisa lagi bangun dari pengaruh hipnotis? Apakah ada orang yang mati karena hipnotis? Apa sih sebenarnya ilmu hipnotis ini? Apa iya ilmu ini seseram itu? Ilmunya yang seram atau orang-orangnya yang memang seram? Atau persepsi kita yang seram?


Salah satu anak yang sempat mengikuti praktek hypnosis sempat tertidur pulas.


Saya matikan pesawat televisi di ruang tengah dan merenung. Saya berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Akhir dari perenungan itu, saya memutuskan untuk menghadapi rasa takut dan tidak nyaman dengan mengikuti langsung kursus fundamental hypnotheraphy. Kursus ini hasil rekomendasi beberapa orang terpercaya.

Ternyata keputusan saya untuk mempelajari ilmu yang menggegerkan ini, membuat saya jadi malu. Saya malu pada kebiasaan buruk saya ikut kelompok masyarakat Indonesia yang skeptik, tebak-tebak, dan menuduh tanpa mencari kebenaran. Kursus fundamental hypnotheraphy merubah pola pikir saya terhadap hipnotis yang sebelumnya saya anggap negatif.

Saya belajar fundamental hypnotheraphy tidak setengah-setengah. Rasa ingin tahu saya cukp besar. Bahkan saya bersedia maju ke depan kelas hanya untuk secara rela merasakan bagaimana dihipnotis.

Proses hypnosis dilakukan dengan meminta saya mengubah konsentrasi dari fokus eksternal menjadi fokus internal. Dalam keadaan fokus, sangat mudah bagi saya untuk masuk dalam kondisi hypnosis. Kondisi kerelaan atau memberi kepercayaan kepada hypnotist, adalah satu point penting. Sebab, hypnosis tidak akan berjalan kalau seseorang tidak berkenan atau tidak mengijinkan dirinya dihipnotis. (bahasa kerennya surrender will).

Sungguh di luar dugaan saya. Hypnosis tidak ada hubungan sama sekali dengan klenik, apalagi kesaktian seseorang. Memang, kata hypnos diambil dari bahasa Yunani yang berarti Dewi Tidur. Biasanya orang datang ke Sleep Temples –candi yang diperkirakan berdiri tahun 3000-1000 sebelum Masehi- untuk tujuan pengobatan. Banyak orang percaya, bahwa dengan tidur di kuil itu bisa menyembuhkan penyakit. Barangkali itulah yang dianggap orang mendekati ke klenik.

Sedangkan kata tist dari kata hipnotist berarti ilmu. Baru kemudian di tahun 1795-1860, James Braid mencetuskan teori neurypnology yang lebih populer dengan istilah hypnosis. Braid dikenal sebagai Bapak hypnosis. Ilmu ini kemudian mengalami perkembangan di tahun 1901-1980 dan menjadi hypnotheraphy lewat si genius Dr Milton Erickson yang dikenal sebagai Bapak Hypnotherapy Modern.

Proses hypnosis adalah proses merubah kondisi kesadaran penuh (normal state) ke kondisi hypnosis state, yaitu kondisi dimana manusia cenderung lebih sugestif. Dengan kondisi sugestif, manusia dapat menerima saran-saran yang dapat menjadi nilai baru.

Manusia ternyata bisa mememasuki pikiran bawah sadar seperti tertidur lelap. Namun pada saat yang bersamaan tetap bisa mendengar dan mengontrol pikiran, perasaan dan tubuhnya sendiri. Dengan kemampuan mengontrol, orang tidak kehilangan kesadaran seperti orang pingsan. Artinya orang yang mengalami kesulitan untuk fokus, tidak bisa melalui seseorang dapat memasuki hypnosis state. Itu terjadi dengan bervariasi untuk setiap situasi dan kondisi, mulai tingkatan sugestif ringan (light) sampai dengan sugestif ekstrim (deep).

Setelah saya belajar dan Anda membaca proses di atas tadi, jadi proses menghipnotis seseorang tidak sesederhana seperti show yang Anda saksikan di tayangan televisi. Uya tidak mudah membongkar rahasia seseorang dengan mudah. Seakan orang tersebut (yang dihipnotis-pen) didorong untuk membuka rahasianya sendiri (revelation of secrets). Revelation of secret baru bisa terjadi, dalam kondisi hypnosis yang sangat dalam atau berada pada sugestif ekstrim (deep). Hal itu berarti memerlukan proses panjang.

Berkaca pada show Uya Kuya, saya jadi mengerti, ternyata ada hypnosis yang memang dimanfaatkan untuk tujuan show dan memang ada yang ditujukan untuk theraphy atau hypnotheraphy. Kalo dalam rangka show, sudah pasti urusannya pada durasi. Sangat tidak mungkin proses yang cukup panjang diceritakan via program tersebut. Harap maklum, bagi televisi setiap detik sangat berarti. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan proses penghipnotisan seseorang itu tidak seluruhnya dimunculkan, tetapi semua sudah melewati proses editing. Singkatnya, beberapa langkah menuju hypnosis state tidak ditayangkan di televisi.

Soal rahasia-rahasia yang bisa membuat penonton tertawa, itu merupakan bagian dari show. Meklumlah, sebuah show harus ada unsur menghibur dan menarik perhatian. Semakin menguras emosi penonton, semakin menarik. Dengan kondisi seperti itu, tidak heran bila persepsi orang tentang hypnosis bisa terbalik 180 derajat. Orang menjadi takut dihipnotis, karena takut melakukan hal-hal bodoh di luar kendali pikirannya sendiri, seperti menggonggong atau membuat gerakan-gerakan lucu.

Seperti sebilah pedang, hypnosis dapat memberi manfaat, juga tidak sedikit yang bahaya. Oleh karena itu dibutuhkan kebijaksanaan untuk memanfaatkan ilmu ini. Di sisi lain, hypnosis menyumbangkan banyak manfaat positif dalam dunia pendidikan, kedokteran, kesehatan jiwa, maupun konsultasi keluarga. Bahkan hypnosis bisa mengubah sebuah kebiasaan dan bahkan untuk anastesi (pembiusan untuk tujuan operasi). Luar biasa bukan?

Menurut Kirdi Putra Cht, CHI, NLP, hypnosis atau hipnotis adalah sebuah alat (tools) yang dapat dugunakan untuk berbagai macam keperluan. Selain untuk meningkatkan kepercayaan diri, hypnosis juga bisa untuk membangkitkan motivasi dari dalam, termasuk mengubah kebiasaan seseorang. Ketika kita ingin mengubah kebiasaan merokok, gigit jari, emosi, makan banyak dan lain-lain, maka kita bisa datang ke seorang profesional therapist (hypnotherapist).

Nah, sekarang tidak ada lagi alasan untuk takut terhadap hypnonis atau hipnotis. Tak perlu lagi takut bila bertemu dengan seorang hypnotis. Ya, ibarat pepatah, tak kenal maka tak sayang.


all photos copyight by Brillianto K. Jaya

1 komentar:

  1. Apakah kesimpulannya kita tidak dapat dihipnotis bila kita tidak kenal dengan si ahli hipnotis? Namun saya sering mendengar banyaknya kejahatan karena penggunaan metode hipnotis ini walau orang yg dihipnotis tidak kenal?

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.